Nora
diajak ikut serta oleh Niall karena tak ada yang bisa menjaganya.
Mereka
makan siang di restoran fast food. Setelah itu mereka berjalan-jalan ke sungai
Thames London. Pemandangan yang sungguh Indah. Mereka bertemu beberapa fans
disana dan para directioners mengira mereka telah benar-benar pacaran.
“owh who is this cute little girl, Niall?” tanya salah sorang fans.
“she’s my sister. Rite guys we gotta go. Have a good day bye.”
“owh who is this cute little girl, Niall?” tanya salah sorang fans.
“she’s my sister. Rite guys we gotta go. Have a good day bye.”
Niall
Icha dan Nora meninggalkan sungai Thames dan mulai berjalan lagi.
“kemana
kita akan pergi?” tanya Icha dan membuka sungalssesnya.
“hmm
kau ingin kita kemana, nora?” gentian Niall yang bertanya pada adiknya.
“kita
harus mengajak kak Icha ke tempat rahasia kita di London.” Jawab Nora
bersemangat.
“kenapa
kita baru ingat? Haha ayo ku ajak kau ke tempat rahasia kami.”
…..
“tempat
apa ini indah sekali”
“padang
bunga dandelion ini illegal. Aku tidak tahu nama tempat ini apa. Tapi aku dan
Nora sering datang kesini jika kami berada di London. Aku menemukan tempat ini
ketika sedang iseng berjalan sendiri. Dan aku sangat tertarik untuk memasukinya
haha.”
“demi
Tuhan ini indah sekali. Banyak dandelion dan aku sangat bahagiaaa!” Icha
berlari menyusuri padang dandelion dan memetik satu.
“Tiuplah!” teriak Niall dari jauh.
“Tiuplah!” teriak Niall dari jauh.
“dan
jangan lupa ucapkan permohonanmu!” tambahnya. Icha menjawab dengan senyum dan
mulai menutup matanya. Dandelion berterbangan ditiup angin. Terbang dengan
bebas tanpa ragu. Icha kembali.
“apa
permintaanmu?” tanya Niall dan meniup sebuah dandelion.
“apa
dulu permintaanmu haha.” Jawab icha.
“tidak
terlalu muluk-muluk. Aku hanya ingin orang-orang didekatku bahagia. Dan…” Niall
mengambil sebuah Dandelion lagi, menutup matanya dan meniupnya.
“dan
yang barusan adalah rahasia hahaha.” Niall menjulurkan lidahnya.
“apaa?
Beritahu aku.”
“kau
bahkan belum meberitahuku.”
“hmm,
aku berharap hidupku baik-baik saja dan aku berharap kebahagiaan menyelimuti
setiap detikku. Dan..” Icha memetik sebuah dandelion lagi dan meniupnya.
“dan
yang barusan adalah rahasia hahaha.” Icha menjulurkan lidahnya persis seperti
yang niall lakukan tadi.
“kau
curaaaang!” Niall melempari Icha dengan beberapa rumput segar yang dicabutnya.
“tidak
kau yang curang! Hahaha” mereka berkejaran diantara dandelion yang terbang
perlahan.
“haha
hei licik berhenti kau! Hahaha” Niall berhenti dan tangannya bertumpu pada
kedua lututnya. Mengatur nafas. Icha berhenti dan menghampiri Niall.
“hahaha
menyenangkan sekali.” Icha tertawa dan kepalanya menghadap langit yang biru.
“kena
kau!” Niall memeluk Icha tiba-tiba dan Icha terlihat sangat kaget.
“kau
tidak bisa lari lagi hahahaa. Katakan padaku apa permohonanmu yang terkahir.”
Ujar Niall masih memeluk Icha. Aksen irishnya menari-nari di telinga Icha
membuatnya semakin berdebar.
“kenapa
kau diam? Haha ayolah beritahu aku.” Niall tetap tidak melepaskan wanita
berambut coklat ini.
“aku
berjanji akan mengatakannya jika permohonanku sudah terkabul.”
“big
deal” Niall melepaskan pelukannya.
“pertanyaannya
adalah mungkinkah permohonanmu akan terkabul dengan cepat? Karena aku sangat
penasaran.” Niall memandang Icha tepat di mata.
“aku
tidak tahu.”
“kenapa?
Hanya mengira-ngira saja.”
“demi
Tuhan aku tidak tau Niall. Itu semua bergantung padamu.”
“padaku?”
“mmmm
maksudku….mm…..tidak maksudku cepat lambatnya permohonan kita terkabul tergantung
pada sekeras apa kita berusaha untuk membuatnya cepat terkabul..mmm kau
mengerti maksudku.”
“kau
baik-baik saja?”
“kenapa
kau bertanya kau lihat saja sendiri aku baik-baik saja atau tidak hahaha”
“tidak.”
“Tidak?
apa maksdumu, Niall? Hahaha I’m freaking fine.”
“kau
gugup dan jawabanmu berantakan haha.” Icha menundukkan kepalanya. “sorry” said
her softly. Tiba-tiba Niall melingkarkan tangannya lagi di leher Icha.
Memeluknya. Lagi.
“Kau
masih gugup? Kau bergetar.” Niall mempererat pelukannya.
“hey Icha. Tak apa jangan takut. Demi Tuhan kau sangat bergetar. Tenanglah aku disini. Ada apa denganmu?”
“hey Icha. Tak apa jangan takut. Demi Tuhan kau sangat bergetar. Tenanglah aku disini. Ada apa denganmu?”
“aku
bergetar karena kau, bodoh!” teriak Icha dalam hatinya.
“tapi,
ya Tuhan aku selalu mendambakan pelukan Horan sejak dulu. Apa yang lebih baik
dari pelukan Niall Horan saat ini? tak ada. Aku berada dalam pelukannya dan
segalanya terasa benar. Demi Tuhan hentikan waktu.” Icha memejamkan matanya dan
perlahan getaran di tubuhnya berhenti.
“aku…baik-baik
saja.” Bisik Icha.
“kau
yakin?”
“ya
sangat yakin. Terima kasih pelukanmu hangat sekali.” Niall melepaskan
pelukannya.
“tersenyumlah
sekarang dan relax. Apakah kau bergetar karena aku? Jika ya, maafkan aku.”
Niall menggaruk kepalanya.
“aku
hanya sangat bahagia. Itu saja.” Mereka saling pandang dan saling melemparkan
senyum.
“aku
tak menyangka permintaanku begitu cepat terkabul..” ujar Niall pada dirinya
sendiri.
“apa?
Kau bilang apa?”
“hahaha
tidak ada! Ayo pulang. Kasihan Nora tertidur sendirian di dalam mobil.” Niall
meraih tangan Icha dan mereka berjalan bergandengan menuju mobil yang terparkir
rapi.
0 komentar:
Posting Komentar