“listen
guys. Pembuatan video klip kita mulai minggu depan. Jadi, seminggu ini kalian
bebas bermain dan beristirahat.” Kata Paul menutup perbincangan. Semua kembali
ke kamar maisng-masing. Kecuali Icha dan the boys.
“nice
to meet you again. Niall really miss you.” papar Zayn. mereka terlarut dalam
perbincangan. Waktu menunjukkan pukul 10 malam dan mereka harus tidur.
“Goodnight
guys.” Icha mengambil tasnya dan berjalan menuju kamar. Sampai kamar, dia
langsung mengganti pakaiannya dan mencuci muka. Saat sedang menaruh krim di
wajah, pintu kamar Icha diketuk.
“Niall?
What are you doing here?”
“I’m
not sleepy yet. Can I come in?”
“sure.
Ayo masuk.”
Louis
melihat Niall masuk ke kamar Icha dan segera membuat rapat dadakan di kamar
Liam dengan the boys yang lain.
“lol
Niall is in love.” Ujar zayn.
“kita
harus membantu mereka. Mereka terlihat cocok. Tapi, apa yang akan mereka
lakukan? Ini sudah malam.” Liam menambahkan.
“Niall
masih polos. Dia tak akan macam-macam. Paling hanya berbincang.” Timpal Harry.
“Aku
setuju. Dan kuharap, Icha tidak mempermainkan perasaan Niall.”
“guys..”
tiba-tiba pintu kamar Liam terbuka.
“kalian
tidak mengajakku?” Niall terlihat ngambek.
“bukankah
kau bersama Icha?” tanya Harry.
“iya
sih. Tapi dia terlihat sangat lelah sekali jadi aku memutuskan untuk
menyudahinya.”
“apa??”
Liam kaget.
“Maksudku
perbincangan kami.”
“kau
menyukainya?” tanya Zayn.
“idk.
Aku hanya senang berbincang dengannya. Dia asik.”
“apakah
kau berusaha mendekatinya? Kami bisa membantu.”
“atau
dia akan ku ambil hahaha.” canda Harry.
“aku
ingin mengajaknya makan siang besok. Bagaimana menurut kalian?”
“ide
bagus Niall. Kau harus melakukannya.”
“haha
fine. Dia cantik sekali aku tidak bisa memalingkan wajahku darinya.” Ujar Niall
sambil tersenyum.
“WOOOOOOOOOOOOOOOOOO
MY BABY NANDOS.” Zayn memeluk Niall.
“WOHOHOHOOOOO I CAN FEEL MY HEART BROKEN!” Louis menggigit bajunya.
“WOHOHOHOOOOO I CAN FEEL MY HEART BROKEN!” Louis menggigit bajunya.
“YOU’RE
SO BEAUTIFUL, CHIPS!!” Niall mengambil bungkusan makanan ringan dan memakannya
penuh cinta. Semua hanya memandang Niall dengan wajah flat.
“Kukira
dia sudah besar.” gumam Liam.
“morning
Icha.” Sapa Niall dan duduk di hadapan icha ketika mereka bertemu di meja makan
pagi ini. Cuma ada icha disana dan yang lain masih tertidur.
“hey
pagi Niall. Aku sedang membuat roti kalau kau mau. Kau suka coklat atau selai?”
“hmm…terserah
kau saja. Aku suka semua.” Jawab Niall sambil menopang dagunya dengan kedua
tangannya.
“Kau
bangun pagi sekali. Apakah selalu seperti ini?” tanya niall dan menegak susu
steril yang baru saja dituangnya.
“aku
sudah terbiasa. Dan sayang sekali rasanya jika pagi yang begitu indah
terlewatkan begitu saja.” Jawabnya tersenyum dan mengoleskan coklat di atas
roti yang akan dipanggang.
“apa
yang biasanya kau lakukan jika kau bangun pagi?”
“hm,
kau bisa lihat itu. Masak. Aku suka sekali masak.”
“benarkah?
Wow. Apa masakan andalanmu? Aku ingin mencobanya demi Tuhan roti roti ini wangi
sekali.” Niall mengambil roti panggang yang agak dingin. Iicha telah
memanggangnya sejak tadi.
“kau
ingin aku memasak sesuatu untukmu? Ucapkan saja apa yang ingin kau makan. Aku
bisa memasaknya jika itu permintaan yang normal haha.”
“OH
AKU BAHAGIA SEKALI. Sudah lama aku tidak makan macaroni panggang. Maukah kau
memasaknya? Kurasa Liam membeli macaroni mentah kemarin.” Niall bangkit dari
kursinya dan berjalan menuju lemari penyimpan makanan. Dia berdiri dan
tersenyum lebar sambil menunjukkan bungkusan macaroni mentah yang dipegangnya.
“kau
beruntung Nialler. Tapi bagaimana dengan roti ini?”
“demi
Tuhan kau tak perlu khawatir. Aku akan memakan semuanya tanpa perlu bantuan
dari siapapun haha.”
“haha
dasar kau. Baiklah aku akan membuatnya asalkan kau harus berjanji.”
“apa?
Ku lakukan.”
“bantu
aku.”
“oh
Tuhan dengan senang hati.” Niall mengambil panci dan garpu.
“niall itu tidak perlu. Yang kita butuhkan adalah oven dan mangkuk besar untuk adonan.”
“niall itu tidak perlu. Yang kita butuhkan adalah oven dan mangkuk besar untuk adonan.”
“maaf
aku tidak tahu. Aku hanya tau bagaimana cara makan yang benar haha. Baiklah
kucarikan mangkuk besar untukmu. Kau tau aku sangat mengharapkan macaroni
panggangmu. Hmm dimana kau mangkuk?” Icha memandangi Niall yang bejongkok
mencari mangkuk di rak perkakas dan terharu akhirnya dia bisa memasakkan
sesuatu untuk Niall Horan.
20
menit kemudian.
“Nah,
masukkan kedalam oven yang telah dipanaskan dan…yap tunggu sekitar 15 menit
hehe. Mudah kan?” Icha membuka celemeknya dan melipatnya dengan rapi.
“kau
jenius. Pantas saja kau betah bekerja di toko roti itu. Apakah hobimu memang
memasak?”
“yah
bisa dibilang begitu.”
“15
menit akan terasa lama jika ditunggu. Bagaimana jika kita menikmati matahari
diluar?” Niall memberikan usul.
“hanya
disekitar taman oke?”
“baiklah.
Ayo.” Niall mengambil jaket dan gitar.
“aku
masih heran kenapa sebenarnya kau membawa gitar?” tanya Icha ketika mereka
sampai di taman sekitar hotel.
“ah
tentu saja untuk kita bernyanyi.” Niall duduk di atas rumput segar basah karena
embun.
“apa
yang akan kita nyanyikan?” tanya icha lagi.
“not
kita. Aku. Aku mau nyanyi buat kamu.”
“wow
it must be great. Come on I’ll love it.”
Perlahan
Niall memetik gitarnya dan mulai menyanyikan lagu stole my heart.
“The light shines
It's getting hot on my shoulders
I don't mind,
This time it doesn't matter
Cause your friends,
They look good, but you look better
Don't you know all night I've been waiting for a girl like you to come around, round, round?
Under the lights tonight
You turned around, and you stole my heart
With just one look, when I saw your face,
It's getting hot on my shoulders
I don't mind,
This time it doesn't matter
Cause your friends,
They look good, but you look better
Don't you know all night I've been waiting for a girl like you to come around, round, round?
Under the lights tonight
You turned around, and you stole my heart
With just one look, when I saw your face,
I fell in…” Tiba-tiba Niall berhenti dan menatap Icha.
“…k..kenapa..berhenti?”
“muka kamu merah banget.” Niall menahan tawanya.
“Ini tuh kena panas matahari.” Icha menutup wajahnya dan melihat
Niall dari sela-sela jari.
“jiahahahaha bohong! Hahahahaha.” Niall tertawa dan meletakkan gitarnya disampingnya.
“jiahahahaha bohong! Hahahahaha.” Niall tertawa dan meletakkan gitarnya disampingnya.
“Ya Tuhan kau imut sekali hahahaha.” Icha memonyongkan bibirnya
dan memutar bola matanya. Dia tahu dia sangat malu sekarang.
“oh Niall hentikan.”
“hahaha don’t be shy. It’s ok. Sorry. But haha I love your face
when you’re blushing. Looks so much beautifulness on it.” Niall memperlihatkan
deretan behelnya dan tertawa cukup menyenangkan.
Icha tersipu malu dan menundukan wajahnya. “Oh Tuhan aku
bermimpi…” batin icha dalam hati.
“Ya Liam?” Niall menjawab panggilannya.
“aku di taman sekitar hotel kenapa?...Icha…ya itu
milikku…apa?...NO LIAM JANGAN KAU SENTUH MAKARONIKU…aku pulang sekarang…NO!”
Niall menutup teleponnya.
“ayo kita pulang. Liam hampir saja memakan macaroni kita. Ah
menyebalkan.” (Kita? Ok. Niall horan doesn’t share food but this…)
Mengikuti langkah besar Niall membuat Icha harus sedikit berlari.
Unlucky her. Dia tersandung dan lututnya berdarah. Banyak.
“Icha!” Niall membuang gitarnya dan berlari kearah icha.
“Icha!” Niall membuang gitarnya dan berlari kearah icha.
“I’m fine it’s not really hurt.” Icha mengambil tangan yang
diberikan Niall untuk membantunya berdiri.
“tapi kamu berdarah. Dan lukanya terlihat besar.”
“it’s okay. I’m fine.” Dia berhasil berdiri.
“kamu bisa jalan?”
“bisa. Aku bisa.” Baru 3 langkah berjalan, Icha pun roboh lagi.
“awww shit.”
“awww shit.”
“ck. Apa kubilang. Lukamu terlalu besar.” Tanpa basa-basi Niall
menggendong Icha dan berjalan cepat ke hotel mereka yang tak jauh dari taman
itu.
“Niall turunkan aku. Aku bisa jalan sendiri.”
“no you can’t.”
“yes I can! Niall aku berat. Turunkan aku.”
“tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan mengangkat barber
haha. Sudahlah. Aku sudah sangat lapar dan tak ingin menunggumu berjalan
tertatih. kau aman bersamaku tenang saja.” Niall tersenyum tanpa terlihat
sedikitpun beban di wajahnya.
“gitarmu..” ujar Icha lirih.
“kau lebih penting.” Dan Niall Horan merasakan detak jantung Icha
berdebar di dadanya.
“wow
Niall what happen?” Liam langsung membantu Niall merebahkan icha di sofa.
“it’s
not a big deal Liam haha. Just fell” she change her position and sit.
“here.”
Niall memberikan Icha kotak p3k.
“thanks
nialler haha. Wow do you smell this good aromatic? Bau macaroni panggang!” Icha
mengedipkan sebelah matanya pada Niall dan lelaki blondie itu langsung berlari
mengambil makaroninya.
“Kalian
membuatnya?” ask Liam and help her heal her wound.
“haha
ya. Niall ingin sekali makan macaroni panggang dan apa salahnya selama aku bisa
membantunya memasakan makanan haha.”
“wow
that’s great. He loves food you know that. And to meet a girl who loves to cook
is what Niall hope for.”
“haha
and the girl should be very lucky.” Icha menambahkan. Liam menaikkan sebelah
bibirnya dan mengangguk-angguk.
“IT’S
DELICIOUS!” teriak Niall dari ruang dapur.
“HOLLY
GOD WHAT IS THIS? OH MY GOD IT’S SO FREAKING DELICIOUS!” Niall berjalan cepat
menghampiri Liam dan Icha.
“can
I taste it?”
“it’s
really hard for me liam, to be honest. But you should try it! The best taste
ever. What do you put on this cake?” Niall menyendokan sesendok macaroni
panggang itu ke mulut Liam.
“NOT WITH SPOON!” Liam kemudian berlari ke dapur dan mengambil garpu.
“NOT WITH SPOON!” Liam kemudian berlari ke dapur dan mengambil garpu.
“haha
that’s what I mean.” Niall cepat-cepat memasukan makanan itu lagi ke mulutnya.
“Kau
mau mencobanya?” tawar Niall. Oke ini ‘sesuatu’. Niall is overing his food.
“tanganku
kotor. Kau saja yang memakannya. Bagilah Liam akan kubuatkan lagi nanti jika
kau mau.”
“sudahlah.
Buka mulutmu. Kau tidak lupa bukan bahwa aku ikut andil dalam pembuatan makanan
ini haha.” Icha membuka mulutnya dan Niall menyuapi Icha dengan penuh kelembutan.
“bagaimana?”
“wow
I’m not making very delicious baked macaroni, to be honest. But this is
different”
“tentu
saja karena kita yang membuatnya haha. Kau mau lagi?” dapat dirasakan jantung
icha berhenti sebentar tiap kali Niall mengajaknya bicara. Apalagi
menawarkannya makanan. Icha membuka mulut lagi. Niall menyuapinya lagi dengan
kelembutan yang sama. Dia tersenyum.
“Niall
aku mau.” Ujar Liam dengan garpu di tangannya.
“hmmm
here.” Baru kali in Niall ikhlas dalam berbagi makanan. Memanglah cinta itu dapat
mengubah sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin.
0 komentar:
Posting Komentar