Minggu, 24 Juni 2012

Niall Horan Love Story (part 4)

Tour Up All Night pun berakhir. Icha segera dijemput oleh pihak 1D dan mereka semua berkumpul di London. Selama berada di Nottingham denga keluarganya, banyak yang meminta Icha untuk menjadi model majalah lokal. Dia melakukannya dan sebentar saja, banyak majalah lain yang ingin menggunakan icha sebagai modelnya. Perlahan Icha menjadi seorang artis. Biografinya mulai tersebar di beberapa majalah dan tentu saja tidak jauh dari berita ‘hubungannya dengan niall Horan’. Fans di twitternya semakin hari semakin banyak. sudah jarang terlihat deathtreat dari fans 1D.

“listen guys. Pembuatan video klip kita mulai minggu depan. Jadi, seminggu ini kalian bebas bermain dan beristirahat.” Kata Paul menutup perbincangan. Semua kembali ke kamar maisng-masing. Kecuali Icha dan the boys.
“nice to meet you again. Niall really miss you.” papar Zayn. mereka terlarut dalam perbincangan. Waktu menunjukkan pukul 10 malam dan mereka harus tidur.
“Goodnight guys.” Icha mengambil tasnya dan berjalan menuju kamar. Sampai kamar, dia langsung mengganti pakaiannya dan mencuci muka. Saat sedang menaruh krim di wajah, pintu kamar Icha diketuk.
“Niall? What are you doing here?”
“I’m not sleepy yet. Can I come in?”
“sure. Ayo masuk.”

Louis melihat Niall masuk ke kamar Icha dan segera membuat rapat dadakan di kamar Liam dengan the boys yang lain.
“lol Niall is in love.” Ujar zayn.
“kita harus membantu mereka. Mereka terlihat cocok. Tapi, apa yang akan mereka lakukan? Ini sudah malam.” Liam menambahkan.
“Niall masih polos. Dia tak akan macam-macam. Paling hanya berbincang.” Timpal Harry.
“Aku setuju. Dan kuharap, Icha tidak mempermainkan perasaan Niall.”
“guys..” tiba-tiba pintu kamar Liam terbuka.
“kalian tidak mengajakku?” Niall terlihat ngambek.
“bukankah kau bersama Icha?” tanya Harry.
“iya sih. Tapi dia terlihat sangat lelah sekali jadi aku memutuskan untuk menyudahinya.”
“apa??” Liam kaget.
“Maksudku perbincangan kami.”
“kau menyukainya?” tanya Zayn.
“idk. Aku hanya senang berbincang dengannya. Dia asik.”
“apakah kau berusaha mendekatinya? Kami bisa membantu.”
“atau dia akan ku ambil hahaha.” canda Harry.
“aku ingin mengajaknya makan siang besok. Bagaimana menurut kalian?”
“ide bagus Niall. Kau harus melakukannya.”
“haha fine. Dia cantik sekali aku tidak bisa memalingkan wajahku darinya.” Ujar Niall sambil tersenyum.
“WOOOOOOOOOOOOOOOOOO MY BABY NANDOS.” Zayn memeluk Niall.
“WOHOHOHOOOOO I CAN FEEL MY HEART BROKEN!” Louis menggigit bajunya.
“YOU’RE SO BEAUTIFUL, CHIPS!!” Niall mengambil bungkusan makanan ringan dan memakannya penuh cinta. Semua hanya memandang Niall dengan wajah flat.
“Kukira dia sudah besar.” gumam Liam.
“morning Icha.” Sapa Niall dan duduk di hadapan icha ketika mereka bertemu di meja makan pagi ini. Cuma ada icha disana dan yang lain masih tertidur.
“hey pagi Niall. Aku sedang membuat roti kalau kau mau. Kau suka coklat atau selai?”
“hmm…terserah kau saja. Aku suka semua.” Jawab Niall sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya.
“Kau bangun pagi sekali. Apakah selalu seperti ini?” tanya niall dan menegak susu steril yang baru saja dituangnya.
“aku sudah terbiasa. Dan sayang sekali rasanya jika pagi yang begitu indah terlewatkan begitu saja.” Jawabnya tersenyum dan mengoleskan coklat di atas roti yang akan dipanggang.
“apa yang biasanya kau lakukan jika kau bangun pagi?”
“hm, kau bisa lihat itu. Masak. Aku suka sekali masak.”
“benarkah? Wow. Apa masakan andalanmu? Aku ingin mencobanya demi Tuhan roti roti ini wangi sekali.” Niall mengambil roti panggang yang agak dingin. Iicha telah memanggangnya sejak tadi.
“kau ingin aku memasak sesuatu untukmu? Ucapkan saja apa yang ingin kau makan. Aku bisa memasaknya jika itu permintaan yang normal haha.”
“OH AKU BAHAGIA SEKALI. Sudah lama aku tidak makan macaroni panggang. Maukah kau memasaknya? Kurasa Liam membeli macaroni mentah kemarin.” Niall bangkit dari kursinya dan berjalan menuju lemari penyimpan makanan. Dia berdiri dan tersenyum lebar sambil menunjukkan bungkusan macaroni mentah yang dipegangnya.
“kau beruntung Nialler. Tapi bagaimana dengan roti ini?”
“demi Tuhan kau tak perlu khawatir. Aku akan memakan semuanya tanpa perlu bantuan dari siapapun haha.”
“haha dasar kau. Baiklah aku akan membuatnya asalkan kau harus berjanji.”
“apa? Ku lakukan.”
“bantu aku.”
“oh Tuhan dengan senang hati.” Niall mengambil panci dan garpu.
“niall itu tidak perlu. Yang kita butuhkan adalah oven dan mangkuk besar untuk adonan.”
“maaf aku tidak tahu. Aku hanya tau bagaimana cara makan yang benar haha. Baiklah kucarikan mangkuk besar untukmu. Kau tau aku sangat mengharapkan macaroni panggangmu. Hmm dimana kau mangkuk?” Icha memandangi Niall yang bejongkok mencari mangkuk di rak perkakas dan terharu akhirnya dia bisa memasakkan sesuatu untuk Niall Horan.
20 menit kemudian.
“Nah, masukkan kedalam oven yang telah dipanaskan dan…yap tunggu sekitar 15 menit hehe. Mudah kan?” Icha membuka celemeknya dan melipatnya dengan rapi.
“kau jenius. Pantas saja kau betah bekerja di toko roti itu. Apakah hobimu memang memasak?”
“yah bisa dibilang begitu.”
“15 menit akan terasa lama jika ditunggu. Bagaimana jika kita menikmati matahari diluar?” Niall memberikan usul.
“hanya disekitar taman oke?”
“baiklah. Ayo.” Niall mengambil jaket dan gitar.

“aku masih heran kenapa sebenarnya kau membawa gitar?” tanya Icha ketika mereka sampai di taman sekitar hotel.
“ah tentu saja untuk kita bernyanyi.” Niall duduk di atas rumput segar basah karena embun.
“apa yang akan kita nyanyikan?” tanya icha lagi.
“not kita. Aku. Aku mau nyanyi buat kamu.”
“wow it must be great. Come on I’ll love it.”
Perlahan Niall memetik gitarnya dan mulai menyanyikan lagu stole my heart.
The light shines
It's getting hot on my shoulders
I don't mind,
This time it doesn't matter
Cause your friends,
They look good, but you look better
Don't you know all night I've been waiting for a girl like you to come around, round, round?
Under the lights tonight
You turned around, and you stole my heart
With just one look, when I saw your face,
I fell in…” Tiba-tiba Niall berhenti dan menatap Icha.
“…k..kenapa..berhenti?”
“muka kamu merah banget.” Niall menahan tawanya.
“Ini tuh kena panas matahari.” Icha menutup wajahnya dan melihat Niall dari sela-sela jari.
“jiahahahaha bohong! Hahahahaha.” Niall tertawa dan meletakkan gitarnya disampingnya.
“Ya Tuhan kau imut sekali hahahaha.” Icha memonyongkan bibirnya dan memutar bola matanya. Dia tahu dia sangat malu sekarang.
“oh Niall hentikan.”
“hahaha don’t be shy. It’s ok. Sorry. But haha I love your face when you’re blushing. Looks so much beautifulness on it.” Niall memperlihatkan deretan behelnya dan tertawa cukup menyenangkan.
Icha tersipu malu dan menundukan wajahnya. “Oh Tuhan aku bermimpi…” batin icha dalam hati.
“Ya Liam?” Niall menjawab panggilannya.
“aku di taman sekitar hotel kenapa?...Icha…ya itu milikku…apa?...NO LIAM JANGAN KAU SENTUH MAKARONIKU…aku pulang sekarang…NO!” Niall menutup teleponnya.
“ayo kita pulang. Liam hampir saja memakan macaroni kita. Ah menyebalkan.” (Kita? Ok. Niall horan doesn’t share food but this…)
Mengikuti langkah besar Niall membuat Icha harus sedikit berlari. Unlucky her. Dia tersandung dan lututnya berdarah. Banyak.
“Icha!” Niall membuang gitarnya dan berlari kearah icha.
“I’m fine it’s not really hurt.” Icha mengambil tangan yang diberikan Niall untuk membantunya berdiri.
“tapi kamu berdarah. Dan lukanya terlihat besar.”
“it’s okay. I’m fine.” Dia berhasil berdiri.
“kamu bisa jalan?”
“bisa. Aku bisa.” Baru 3 langkah berjalan, Icha pun roboh lagi.
“awww shit.”
“ck. Apa kubilang. Lukamu terlalu besar.” Tanpa basa-basi Niall menggendong Icha dan berjalan cepat ke hotel mereka yang tak jauh dari taman itu.
“Niall turunkan aku. Aku bisa jalan sendiri.”
“no you can’t.”
“yes I can! Niall aku berat. Turunkan aku.”
“tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan mengangkat barber haha. Sudahlah. Aku sudah sangat lapar dan tak ingin menunggumu berjalan tertatih. kau aman bersamaku tenang saja.” Niall tersenyum tanpa terlihat sedikitpun beban di wajahnya.
“gitarmu..” ujar Icha lirih.
“kau lebih penting.” Dan Niall Horan merasakan detak jantung Icha berdebar di dadanya.

“wow Niall what happen?” Liam langsung membantu Niall merebahkan icha di sofa.
“it’s not a big deal Liam haha. Just fell” she change her position and sit.
“here.” Niall memberikan Icha kotak p3k.
“thanks nialler haha. Wow do you smell this good aromatic? Bau macaroni panggang!” Icha mengedipkan sebelah matanya pada Niall dan lelaki blondie itu langsung berlari mengambil makaroninya.
“Kalian membuatnya?” ask Liam and help her heal her wound.
“haha ya. Niall ingin sekali makan macaroni panggang dan apa salahnya selama aku bisa membantunya memasakan makanan haha.”
“wow that’s great. He loves food you know that. And to meet a girl who loves to cook is what Niall hope for.”
“haha and the girl should be very lucky.” Icha menambahkan. Liam menaikkan sebelah bibirnya dan mengangguk-angguk.
“IT’S DELICIOUS!” teriak Niall dari ruang dapur.
“HOLLY GOD WHAT IS THIS? OH MY GOD IT’S SO FREAKING DELICIOUS!” Niall berjalan cepat menghampiri Liam dan Icha.
“can I taste it?”
“it’s really hard for me liam, to be honest. But you should try it! The best taste ever. What do you put on this cake?” Niall menyendokan sesendok macaroni panggang itu ke mulut Liam.
“NOT WITH SPOON!” Liam kemudian berlari ke dapur dan mengambil garpu.
“haha that’s what I mean.” Niall cepat-cepat memasukan makanan itu lagi ke mulutnya.
“Kau mau mencobanya?” tawar Niall. Oke ini ‘sesuatu’. Niall is overing his food.
“tanganku kotor. Kau saja yang memakannya. Bagilah Liam akan kubuatkan lagi nanti jika kau mau.”
“sudahlah. Buka mulutmu. Kau tidak lupa bukan bahwa aku ikut andil dalam pembuatan makanan ini haha.” Icha membuka mulutnya dan Niall menyuapi Icha dengan penuh kelembutan.
“bagaimana?”
“wow I’m not making very delicious baked macaroni, to be honest. But this is different”
“tentu saja karena kita yang membuatnya haha. Kau mau lagi?” dapat dirasakan jantung icha berhenti sebentar tiap kali Niall mengajaknya bicara. Apalagi menawarkannya makanan. Icha membuka mulut lagi. Niall menyuapinya lagi dengan kelembutan yang sama. Dia tersenyum.
“Niall aku mau.” Ujar Liam dengan garpu di tangannya.
“hmmm here.” Baru kali in Niall ikhlas dalam berbagi makanan. Memanglah cinta itu dapat mengubah sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin.

0 komentar:

Posting Komentar