6
bulan bersama the boys membuat Medy merasa dekat sekali dengan mereka. Dan 4
bulan tidak bertemu dengan the boys membuat Medy merasa rindu sekali. Setelah
pembuatan Video klip more than this, Medy kembali ke Nottingham dan melanjutkan
kuliahnya disana. Dia belum bertemu kembali dengan para the boys. Dia tidak
kembali ke Australia karena jika Medy berada disana, dia akan sendirian.
Kehidupan
medy memang telah berubah dan sejauh ini, segalanya baik-baik saja. Kuliahnya
lancar dan Medy sekarang menjadi model seperti yang dulu Paul katakan. Banyak
directioner yang menyayanginya karena perannya menjadi model di MV MTT sukses
besar.
“Grim,
siang ini aku harus ke studio untuk pemotretan majalah Lady Bee. Kuharap kau
tidak keberatan jika kutitipkan ini untuk Arthur.” Medy memohon pada
Grimmie-teman barunya di Nottingham- ketika mereka sedang makan di kantin
kampus mereka.
“Kau
terlalu sibuk Medy haha. Baiklah.” Grimmie tersenyum dan mengambil buku biology
besar yang disodorkan medy.
“katakan
pada Arthur permintaan maafku karena telat mengembalikannya.” Medy memegang
tangan grimmie hangat.
“Baiklah
Medy. Kau tak perlu khawatir. Akan kusampaikan.” Grimmie membalas sentuhan
hangat itu.
***
Medy
berjalan ke parkiran mobil untuk mengambil mobilnya dan segera melakukan
pemotretan di Studio foto majalah Lady Bee.
“yap?”
Medy mengangkat telepon dari seseorang.
“kau
dimana?” tanya seseorang diseberang.
“parkiran.
Aku akan mengambil mobilku dan langsung berangkat ke studio. Kau sedang apa?
Apa acaramu hari ini?” Medy membuka pintu mobilnya.
“aku
sedang dalam perjalanan menuju hotel. Tak ada acara. Mungkin hanya jalan-jalan.
Kau harus makan terlebih dulu. Kau
akan sakit.” Tegas seseorang di seberang sana membuat medy tersenyum pada
dirinya sendiri.
“Baiklah.
Aku berjanji akan makan terlebih dahulu.” Medy memasukan kunci mobilnya dan
menyalakan ford nya.
“aku
percaya padamu haha. Baikah aku menelepon hanya untuk sekedar mengusir rasa
yang lucu ini haha kau tau maksudku.” ujar penelepon tersebut.
“I
miss you too, Niall.” Medy dan Niall tertawa bersama dan kemudian sambungan
telepon berakhir. Medy memasang sit beltnya dan menjalankan mobilnya menuju
rumah makan.
***
Arthur
sedang menghisap rokoknya dengan tenang ketika Grimmie menghampirinya.
“grimmie?” sekejap Arthur mematikan benda putih berasap itu.
“grimmie?” sekejap Arthur mematikan benda putih berasap itu.
“rokok
lagi huh? Mau sampai kapan kau seperti itu? Aku bersumpah Medy akan membencimu
jika tahu kau seperti ini.” Grimmie meletakkan buku Biology besar itu di
hadapan Arthur.
“kali ini saja Grim. Sudah lama aku tidak menggunakannya.” Arthur membuka halaman buku itu tanpa maksud dan tujuan yang jelas.
“kali ini saja Grim. Sudah lama aku tidak menggunakannya.” Arthur membuka halaman buku itu tanpa maksud dan tujuan yang jelas.
“aku
heran. Kau ahli biology dan kau melakukan yang sudah kau tahu itu tidak baik
bagi tubuhmu.”
“hentikan
Grimmie.”
“Medy
seorang model. Dia cantik dan terkenal. Jika kau terus begini aku bersumpah kau
tak mungkin bisa dengannya. Berhentilah mendambakannya. Kau tak sebanding
dengan Niall Horan.” Arthur hanya diam dan menundukkan kepalanya.
Arthur
adalah partner Medy di kelas biologi. Arthur tau Medy terkenal dan ia ingin
memiliki Medy. Arthur bukan orang jahat. Hanya ambisinya yang sangat kuat
mungkin akan membuatnya lupa diri.
“aku
berjanji Medy akan melihatku.” Ujar Arthur dan tersenyum manis pada Grimmie.
“Tidak
selama gosipnya dan Niall Horan berpacaran masih berkeliaran.”
“ayolah
Grimmie. Medy tidak memacari siapapun! Dia Cuma dekat dengan Niall. Aku tau
mereka sering berhubungan tapi selama Niall belum memiliki medy sepenuhnya, aku
berjanji aku akan memiliki Medy duluan.” Arthur terlihat sedikit gusar.
“lantas,
kau pikir Medy akan menyukaimu ketika disana ada orang yang jauh lebih mapan
menyayanginya?” Grimmie menyilangkan kedua tangannya.
“Grimmie
kau harus menolongku.” Arthur melempar tatapan memohon. Grimmie benci saat
seseorang memberikan tatapan itu padanya. Grimmie mudah luluh.
“haaah
berhenti memandangku seperti itu. Aku akan menolongmu tapi ingat selalu ada
syarat.”
“apa?”
Arthur tersenyum senang.
“buang semua bungkusan rokok yang kau punya. Demi Tuhan jangan ada yang tersisa.” Grimmie mengambil handphone di dalam tasnya.
“buang semua bungkusan rokok yang kau punya. Demi Tuhan jangan ada yang tersisa.” Grimmie mengambil handphone di dalam tasnya.
“ku
lakukan!”
“dan
satu lagi..” Grimmie mengangkat pandangan dari hp nya dan mempertemukan
padangannya pada Arthur.
“berjanjilah
jika kau tak berhasil, kau tidak akan menyakiti siapapun. Siapapun kau dengar?”
“tapi
kita akan berhasil.”
“BERJANJILAH.”
Arthur mengangguk patuh. “ya aku berjanji.”
***
Hari
yang panjang. Malam yang dingin dan badan yang terasa sangat lelah. Niall
memutuskan untuk tidur dan bangun siang di hotelnya.
“tryna
sleep! Can’t do twitcam tonight sorrrrry guys xx” tweetnya di akun twitternya. Sedetik
kemudian dia mendapatkan ratusan mention yang membuatnya tersenyum. Niall mematikan
laptopnya dan merangsek naik ke dalam selimut.
Baru
memejamkan mata sekitar 5 menit, Niall terbangun.
“Medy..”
gumamnya.
Tanpa
fikir panjang, niall meraih bbnya dan menelepon Medy. Tak lama, Medy mengangkatnya
dengan suara serak.
“kau
baik-baik saja?” tanya Niall dan memutar badannya menghadap ke jendela.
“tidak.
Kau meneleponku jam 3 dini hari dan bodohnya aku lupa mengaktifkan mode diam.”
Medy terdengar sedikit mendesah. Niall menggigit bibir bawahnya.
“maaf
aku..”
“iya
aku tau. Sebelum aku bangun dan mengangkat telepon darimu, aku bermimpi
tentangmu.” Niall tau Medy sedang tersenyum di seberang sana.
“benarkah?
Apa yang aku lakukan di mimpimu?”
“kau…
aku lupa. Yang ku ingat, kau berkelahi dengan seorang anak kecil untuk
memperebutkan stok ayam nandos yang terakhir haha kau bodoh.”
“Demi
Tuhan aku tidak akan melakukan itu haha.”
“lantas,
apa yang akan kau lakukan jika itu terjadi?”
“aku..
akan membiarkan ayam itu diambil oleh anak kecil itu. Oh ya Tuhan mimpimu bodoh
sekali.”
“haha
hentikan.” Medy tertawa.
“kau
tahu?” tanya Niall.
“apa?”
“aku
maish sangat penasaran dengan permohonan kedua mu di padang dandelion beberapa
bulang yang lalu.” Jawab Niall.
“aku
kan sudah berjanji akan memberitahukanmu setelah permohonanku terkabul.”
“apakah
sekarang sudah terkabul?”
“mmm….
Hampir haha. Sudahlah. Aku juga penasaran dengan permohonan keduamu. Sudahkah terkabul?”
medy balik bertanya.
“kurasa sudah tapi aku tak tahu.” Niall menerawang ke atap. ‘sudahkah aku membahagiakan Medy?’ batinnya dalam hati.
“kurasa sudah tapi aku tak tahu.” Niall menerawang ke atap. ‘sudahkah aku membahagiakan Medy?’ batinnya dalam hati.
“kau
aneh haha. Kenapa kau belum tidur?” Medy menguap dan Niall tersenyum kecil.
“sudah
kucoba, tapi tidak berhasil. Aku tak bisa tidur.” Niall memainkan ujung
gulingnya.
“cobalah
lagi. Kau lelah aku tau kau lelah. Istirahatkan badanmu Niall. Jangan sampai
sakit.” Terdengar sebuah kekhawatiran di kalimat Medy yang membuat aliran
hangat mengalir dalam hati Niall.
“aku
ingin kau disini.” Ujarnya.
“aku
disini Niall. Kau bisa mendengar suaraku menandakan kita sangat dekat.” Niall
kemudian menutup erat matanya dan menggigit ujung guling yang sedari tadi di
mainkannya. Seperti orang frustasi.
“aahhh… 1 minggu kedepan aku free sebelum rekaman album kedua. Aku akan ke Nottingham dan menginap di rumahmu. Kau keberatan?” cerocos Niall bahkan sampai menjambak rambutnya pelan.
“aahhh… 1 minggu kedepan aku free sebelum rekaman album kedua. Aku akan ke Nottingham dan menginap di rumahmu. Kau keberatan?” cerocos Niall bahkan sampai menjambak rambutnya pelan.
“kau
serius? Tentu saja! Demi Tuhan aku sangat senang mendengar kabar ini! minggu
depan ayah dan ibuku akan ke Italy selama 5 hari untuk menghadiri acara
pernikahan anaknya teman lama mereka! Kita bisa melakukan apapun dirumahku!”
seketika kantuk Medy menghilang entah kemana. Niall membuka matanya sangat
lebar dan berusaha dengan sangat keras untuk tidak berteriak.
“apapun?!”
Niall meremas selimut tebalnya dan berada di posisi duduk sekarang.
“yes
Niall. Apapun.” Medy tersenyum licik.
“baiklah
apapun.” Niall membasahi bibirnya dan menggigit bibir bawahnya sementara
pikirannya sudah melayang entah kemana.